Jumat, 29 Juli 2011

Dauroh Pemuda Se-Jabodetabek 1432 H

Panitia Pelaksanaan Kegiatan Ramadhan 1432 H
Masjid Attauhid Arif Rahman Hakim mempersembahkan

Kajian RAMADHAN
DAUROH PEMUDA SE-JABODETABEK

Kegiatan

Ceramah dan Diskusi

"Peran Pemuda dalam Memakmurkan Masjid"
oleh Ustadz Salim A Fillah
(penulis best seller "Dalam Dekapan Ukhuwah)

"Alquran dan Pembentukan Karakter Pemuda Muslim"
oleh Ustadz Itang Rusmana, Lc

Training Motivasi

"Agar Ramadhan Lebih Bermakna"
oleh Febriana Fajri
(motivator Trust-Co)

Waktu dan tempat
Aula lt.1, Masjid Attauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba
Jalan Salemba Raya no.4, Jakarta Pusat

Sabtu, 6 Agustus 2011
Pukul 08.30-15.30 WIB


Diselenggarakan oleh
DKM ATTAUHID ARH UI

PPKR AARH 1432 H

Rute Lokasi
- Dari Kampung Melayu : M 01
- Dari Senen : M 01
- Bus TransJakarta : turun di Halte Salemba UI, Koridor Ancol-Kp Melayu
- Dari Bogor/Depok : turun di stasiun Cikini.
- Dari Ciputat: Patas 76


Acara GRATIS. 
Untuk Ikhwan dan Akhwat

Contact Person:
Wildan 0852114489467
Indra 0852635544571

Further Information
FB : Masjid At-tauhid Arh Ui
Mail : buletin.attauhid@gmail.com
Blog : attauhid-arh-ui.blogspot.com

Kamis, 14 Oktober 2010

Dauroh Mabit Masjid Attauhid ARH UI Oktober


Kajian Ilmiyyah

DAUROH MASJID ATTAUHID ARIF RAHMAN HAKIM Salemba UI
Mabit, Jumat-Sabtu, 29-30 Oktober 2010

15.30 - 17.30 : Bedah Buku
"Hati Sebening Mata Air" karangan Amru Khalid

20.00 - 21.30
Kajian Menuju Kemuliaan Tawadhu
Oleh: Ust. Prof Dr. Ahmad Satori Ismail
Ketua Ikatan Da'i Indonesia

21.30 - 23.00
Bahaya Ujub dan Sombong
Oleh: Ust Farid Nu'man

03.00 - 06.00 (Mabit)
Qiyamul Lail & Kuliah Shubuh
Oleh: Ust Khairul Anwar, al hafizh

Kajian ini atas kerjasama:
- Toko Buku Bursa ARH
- Majalah Tarbawi
- DATA
- DKM AARH UI
- Percetakan Raster Salemba

GRATIS
Untuk Ikhwan dan Akhwat

Yuk sebarkan dan ikuti kajian ini...

Keutamaan Ilmu dalam Islam


ILMU DALAM PERSPEKTIF ISLAM
  
Oleh: Ust. Farid Nu'man Hasan
Mukadimah

                Islam itu beda dan istimewa dibanding yang lain. Banyak hal untuk menunjukkan hal itu, salah satunya adalah sikap Islam terhadap Ilmu Pengetahuan dan para ilmuwan, baik ilmu-ilmu agama maupun dunia.  Keduanya (ilmu dan ilmuwan) mendapatkan posisi tinggi dan penting dalam Islam, yang tidak diraih oleh lainnya.
                Bagaimana tidak? Al Quran dan As Sunnah, sebagai referensi tertinggi umat Islam, telah menegaskan hal itu. Lalu, ditunjukkan pula dengan sikap para sahabat nabi, para tabi’in (murid-murid sahabat nabi), hingga zaman keemasan Islam. Maka, sudah semestinya bagi umat Islam masa kini, mengembalikan supremasi yang sudah hilang, yang diawali pemahaman yang benar terhadap posisi ilmu dan ilmuwan. Merenungi dan tidak menganggapnya ini sebagai utopia (mimpi) semata. Sebab mimpi kemarin adalah kenyataan hari ini, khayalan hari ini adalah kenyataan hari esok.

Perspektif Al Quran
                Dalam Al Quran banyak sekali ayat yang menegaskan hal ini. Di sini akan ditunjukkan beberapa saja, diantaranya:

                Pertama. Ilmuwan adalah tempat bertanya. Allah Ta’ala befirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

                “Maka, bertanyalah kepada ahli dzikr jika kalian tidak tahu.” (QS. An Nahl (16): 43)
                Ahli dzikri dalam ayat ini adalah bermakna Ahlul ‘Ilmi (ilmuwan), juga ahli Al Quran, sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma. (Imam Al Qurthubi, Jami’ul Ahkam, 10/108. Cet. 1. 1420H-2000M. Muasasah Ar Risalah)

                Lihatlah ayat ini! Ahli ilmu dijadikan tempat rujukan bagi manusia untuk mengetahui perkara yang mereka ingin ketahui. Dan, masing-masing urusan ada ilmunya, masing-masing ilmu ada ahlinya, dan kepada merekalah kita diperintahkan untuk bertanya.
                Secara khusus ayat ini juga menceritakan keunggulan Ahlul  Quran, dan Adz Dzikr adalah nama lain dari Al Quran. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahmatullah ‘Alaih berkata:

وعموم هذه الآية فيها مدح أهل العلم، وأن أعلى أنواعه العلم بكتاب الله المنزل. فإن الله أمر من لا يعلم بالرجوع إليهم في جميع الحوادث، وفي ضمنه تعديل لأهل العلم وتزكية لهم حيث أمر بسؤالهم، وأن بذلك يخرج الجاهل من التبعة، فدل على أن الله ائتمنهم على وحيه وتنزيله، وأنهم مأمورون بتزكية أنفسهم، والاتصاف بصفات الكمال.
وأفضل أهل الذكر أهل هذا القرآن العظيم، فإنهم أهل الذكر على الحقيقة، وأولى من غيرهم بهذا الاسم، ولهذا قال تعالى: { وَأَنزلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ } أي: القرآن الذي فيه ذكر ما يحتاج إليه العباد من أمور دينهم ودنياهم الظاهرة والباطنة
                “Secara umum, dalam ayat ini terdapat pujian terhadap ahlul ilmi (ilmuwan), dan jenis yang paling tinggi adalah pengetahuan terhadap Kitabullah (Al Quran). Maka, Allah memerintahkan orang yang tidak tahu untuk  mengembalikan kepada mereka dalam berbagai urusan, dan di dalamnya juga terdapat pujian dan mentazkiyah (membanggakan) ahli ilmu, yakni ketika Allah memerintahkan untuk menanyai mereka. Dan, dengan hal itu dapat mengeluarkan orang bodoh  dari sifat ikut-ikutan, dan menunjukkan bahwa Allah mengamanahkankan mereka atas wahyuNya dan kitabNya. Mereka juga diperintahkan untuk mentazkiyah para ulama dengan sifat-sifat yang baik. Sebaik-baiknya Ahludz Dzikr adalah ahlinya Al Quran Al ‘Azhim, merekalah ahli dzikri sebenarnya, dan mereka lebih utama disbanding selainnya dengan penamaan ini. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman: (Kami menurunkan kepadamu Adz Dzikr) yaitu Al Quran yang di dalamnya terdapat peringatakan (Dzikr) yang dibutuhkan hamba-hamba Allah, berupa perkara agama dan dunia mereka, baik yang nampak maupun tersembunyi.” (Syaikh  Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman,  1/441. Cet. 1, 1420H-2000M. Muasasah Ar Risalah)

                Kedua.  Allah Ta’ala memerintahkan agar mentaati ilmuwan. Allah Ta’ala berfirman:
أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم

                “Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kalian.” (QS. An Nisa (4): 59)
                Siapakah yang dimaksud ulil Amri dalam ayat ini? Berikut penjelasannya:
وقال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس: { وأولي الأمر منكم } يعني: أهل الفقه والدين. وكذا قال مجاهد، وعطاء، والحسن البصري، وأبو العالية: { وأولي الأمر منكم } يعني: العلماء. والظاهر -والله أعلم-أن الآية في جميع   أولي الأمر من الأمراء والعلماء، كما تقدم.

                Berkata Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas (dan Ulil Amri di antara kalian) yakni ahli fiqh (ilmu) dan agama. Demikian pula kata Mujahid, ‘Atha, Al Hasan Al Bashri, dan Abul ‘Aliyah (dan Ulil Amri di antara kalian) yakni ulama. Dan zahirnya ayat ini –wallahu a’lam- bahwa seua makna ulil Amri adalah  dari kalangan umara (penguasa) dan ulama (ilmuwan). (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/345. Dar Ath Thayyibah)

                Hal ini karena masih ada kaitan dengan ayat sebelumnya bahwa di tangan merekalah ilmu pengetahuan, sehingga amat logis jika mengikuti apa yang mereka katakan. Dan, ini merupakan perintah Allah Ta’ala untuk mentaati mereka, selama mereka masih di atas kebenaran.

                Ketiga. Derajat mereka ditinggikan oleh Allah Ta’ala.
                Allah Ta’ala berfirman:
يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات والله بما تعملون خبير
                “Allah mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan.” (QS. Al Mujadillah (58): 11)

                Orang yang beriman adalah baik, tapi beriman namun bodoh? Orang berilmu adalah bagus, tapi berilmu tanpa iman? Tidak baik dan tidak sempurna. Islam menghendaki paduan keduanya, dalam pribadi seorang muslim yakni iman dan ilmu. Berilmu tanpa iman, maka hidup tanpa arah, ilmu yang dimilikinya tidak memiliki panduan kearah kebaikan . Lihatlah koruptor, bukankah  mereka itu orang pintar? Tapi imannya tipis, sehingga menjadi pintar tapi tidak benar. Sebaliknya, beriman tanpa ilmu, akan menjadi orang baik dan shalih, tapi tidak berdaya guna dan polos. Hidupnya hanya untuk dirinya sendiri, bahkan dia mudah diperdaya orang jahat.

                Jadi, muslim yang seharusnya adalah dia mukmin dan berilmu sekaligus. Mulia di mata Allah Ta’ala, dan berwibawa di mata manusia.

 Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan: 

أنه يرفع الذين آمنوا على من لم يؤمن درجات ، ويرفع الذين أوتوا العلم على الذين آمنوا درجات ، فمن جمع بين الإيمان والعلم رفعه الله بإيمانه درجات ، ثم رفعه بعلمه درجات
                “Sesungguhnya Allah angkat derajat orang beriman di atas orang tidak beriman bertingkat-tingkat, dan mengangkat derajat orang-orang yang diberikan ilmu di atas orang beriman bertingkat-tingkat, maka barangsiapa yang menggabungkan  antara iman dan ilmu, maka dengan imannya Allah akan mengangkat derajatnya,  kemudian dengan ilmunya Dia meninggikan derajatnya.” (Fathul Qadir, 7/175. Mauqi’ Ruh Al Islam)
            
    Keempat. Allah Ta’ala memuji, bahwa orang yang tahu tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak tahu. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الذين يَعْلَمُونَ والذين لاَ يَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az Zumar (39): 9)

 Imam Asy Syaukani Rahimahullah menjelaskan:
المراد : العلماء والجهال ، ومعلوم عند كل من له عقل أنه لا استواء بين العلم والجهل ، ولا بين العالم والجاهل
            
    “Maksudnya: orang-orang berilmu dan orang-orang bodoh, dan telah diketahui oleh setiap orang yang berakal, bahwa tidak sama antara ilmu dan kebodohan, dan antara orang berilmu dan orang bodoh.” (Ibid, 6/273) 
Ilmu Dalam Perspektif As Sunnah

Dalam berbagai hadits nabi pun banyak disebutkan keutamaan ilmu dan orang berilmu. Di sini akan disebutkan beberapa saja:

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة
                “Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka akan Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699, At Tirmidzi No. 2689, Abu Daud No. 3641, Ibnu Majah No. 223, Ibnu Hibban No. 84, Ibnu Abi Syaibah, 118/6)
            
    Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إن الدنيا ملعونةٌ ملعونٌ ما فيها إلا ذكر الله وما والاه وعالمٌ أو متعلمٌ
            “Sesungguhnya dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah  apa-apa yang ada di dalamnya, kecuali berdzikir kepada Allah dan apa-apa yang mendukungnya, orang berilmu, dan orang ang menuntut ilmu.” (HR. At Tirmidzi No. 2322, katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani menghasankan dalam Shahihul Jami’ No. 1609, Misykah Al Mashabih No. 5176)

                Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وإن الملائكة لتضع أجنحتها رضاً لطالب العلم، وإن العالم ليستغفر له من في السموات ومن في الأرض والحيتان في جوف الماء، وإن فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب، وإن العلماء ورثة الأنبياء، وإن الأنبياء لم يورثوا ديناراً ولا درهماً، ورثوا العلم؛ فمن أخذه أخذ بحظٍّ وافرٍ"

                “Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu, sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh siapa saja yang di langit, di bumi, ikan-ikan yang di laut, sesungguhnya keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah seumpama keutamaan rembulan di malam purnama dibanding semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, mereka mewariskan ilmu, barang siapa yang  mengambilnya maka ambillah dengan keuntungan yang banyak.” (HR. Abu Daud No. 3641, Ibnu Majah No. 223, Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 6297)
              Masih banyak hadits nabi yang menstimulus umatnya untuk mengejar ilmu pengetahuan.

Ilmu Dalam Perspektif Para Sahabat Nabi

                Tak ada generasi sebaik mereka, baik di dunia Islam atau semua peradaban dunia. Hal ini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan sendiri. Dari ‘Imran bin Hushain Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
خير أمتي قرني، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم - قال عمران: فلا أدري أذكر بعد قرنه قرنين أو ثلاثا
“Sebaik-baiknya umat adalah zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka – ‘Imran berkata: saya tidak tahu penyebutan setelah zamannya itu dua kali atau tiga kali.”  (HR. Bukhari No. 3450)

Di antara faktor mereka menjadi umat terbaik adalah kesungguhan mereka yang sangat besar terhadap ilmu.  Kita ambil contoh perkataan Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu. Dari Tsumamah, katanya: Anas bin Malik berkata kepadaku:
قيدوا العلم بالكتابة
                “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Ath Thabarani dalam Al Kabir No. 699. Syamilah. Imam Al Haitsami dalam Al Majma’ mengomentari ucapan Anas ini, katanya: “rijal (periwayat) hadits ini adalah  rijal yang shahih/valid . Lihat Majma’ Az Zawaid, 1/152)
            
    Abu Nu’aim Al Hindi mengatakan,  bahwa Umar bin Al Khathab Radhiallahu ‘Anhu berkata:
تعلموا من النجوم ما تهتدون به في بركم وبحركم ثم امسكوا وتعلموا من النسبة ما تصلون به أرحامكم وتعلموا ما يحل لكم من النساء ويحرم عليكم ثم انتهوا
                “Pelajarilah ilmu tentang perbintangan yang dengannya kalian mendapatkan petunjuk di darat dan laut, lalu tekunilah. Dan, pelajarilah tentang nasab yang dengannya kalian dapat menyambungkan silaturrahim, dan pelajarilah apa-apa yang halal bagi kalian terhadap wanita dan yang haram bagi kalian, lalu jauhilah.” (Imam Ibnu Rajab Al Hambali, Fadhlu ‘Ilmi Salaf ‘Alal Khalaf, Hal. 2. Mawqi’ Ruh Al Islam)

                Hal ini juga dilakukan oleh kaum wanita. Rasa malu tidaklah menghalangi mereka untuk mengetahui ilmu yang mereka butuhkan untuk kebaikan mereka.

                Ummu Salamah mengatakan: Ummu Sulaim mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidaklah malu terhadap kebenaran, apakah wajib bagi wanita untuk mandi jika dia bermimpi (basah)?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ya, jika dia melihat air (dari kemaluannya, pen)” Lalu Ummu Salamah menutup wajahnya (karena malu, pen).” Ummu Salamah bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wanita ada mimpi basah?” Beliau bersabda: “Ya, gimana kamu ini, kalau tidak bagaimana anaknya bisa mirip dia?” (HR. Bukhari No. 130, 282, 3328, 6091, 6121)

‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha pernah mengatakan:
"نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَمْنَعْهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ"
“Sebaik-baiknya wanita adalah wanita Anshar, rasa malu tidak menghalangi mereka untuk memahami agama.” (HR. Bukhari, Bab Al Haya’ Fil ‘Ilmi)

Ini hanyalah beberapa contoh dan masih banyak contoh lainnya.

Setelah ini, Apa?

Tidak cukup sekedar bangga, dan mengulang-ulang kebanggaan. Sebab itu tidaklah merubah keadaan dan tidak akan mengembalikan kejayaan.  Di luar sana ada tantangan bagi umat Islam, bagi ulama, pemimpin, mahasiswa, pelajar, dan semuanya. Apakah kita hanya bisa berbangga dengan romantika kejayaan masa lalu, lalu meratapi puing keruntuhan peradaban Islam masa kini, dan menatap masa depan dengan pandangan hampa? Ataukah kita mulai berbenah, dari yang paling ringan dan dekat, yang masih mungkin kita lakukan?

Hari ini kita menikmati berbagai merek mobil dan motor; ada Mercedes Benz, BMW, Peugeot, Toyota, Hyundai, Daihatsu, dan lainnya dengan berbagai serinya. Begitu pula Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki, dengan berbagai tipenya. Tapi itu semua bukan buatan kita, bukan hasil dari rekayasa para insinyur kita, kita hanya membeli, menikmat, memakai, lalu merusaknya, tanpa mampu lagi membuat hal yang baru, yang bisa kita tawarkan ke dunia kita,  apalagi dunia mereka!

Keadaan ini tidak perlu ada yang disalahkan. Sebab kita hidup dalam satu hembusan nafas dengan paket kemunduran Islam abad modern. Kita lahir di zaman yang sudah seperti ini. Juga, tidak dibenarkan menuduh kepada para pendahulu dalam kemunduran umat Islam. Kita di sini, pada zaman ini, memiliki tugas masing-masing dengan jangkauan masing-masing pula. Bekerjalah semua secara harmonis demi kembalinya supremasi keilmuan Islam, dan untuk ‘izzul islam wal muslimin (kejayaan Islam dan muslimin).

Wallahu A’lam

Rabu, 22 September 2010

Kajian Ilmiyyah Dauroh Mabit Masjid Attauhid ARH UI


Bismillah...

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)

“Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.” (Ibn Rajab, Latho-if Al Ma’arif, hal. 394.)

Kajian Ilimiyyah Masjid Attauhid ARH UI kembali hadir!
MATERI:

Bedah Buku
"Menyibak Rahasia Orang-Orang Shalih Memperpanjang Pahala"
16.00 - 18.00

Ceramah
Menjaga Konsistensi Ibadah
Ust Dr. Muslih Abdul Karim, MA

Mewaspadai Gejala Lemah Iman
Ust Itang Rusmana, Lc
20.00 - 22.00

Qiyamul Lail
Ust Abdullah Mansyur, S.Pd.I
03.00 - 04.00

Muhasabah dan Kuliah Subuh
Ust Fadyl Usman Baharun
04.00 - 05.30

JUMAT-SABTU, 24-25 September 2010
Masjid ATTAUHID ARH UI SALEMBA
16.00 - 05.30


GRATIS
IKHWAN AKHWAT

Sebarkan ya...

Diselenggarakan oleh:

DKM Attauhid ARH UI
DATA
BURSA ARH

Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”(Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid),)

Rabu, 28 Juli 2010

Mari Sambut Ramadhan


Mari Sambut Ramadhan!
Oleh : Anshari S Hasibuan
Dalam makna dari sebuah syair Arab terlantun rangkaian kalimat indah berikut,
Ramadhan telah tiba sebagai bulan panen bagi setiap hamba
Untuk membersihkan hati dari berbagai kerusakan dan dosa
Maka dari itu tunaikanlah hak-haknya; baik ucapan dan perbuatan
Dan carilah bekalmu untuk hari depan; ambil dan perbanyaklah
Bagi siapa yang menanam benih namun tidak menyiraminya
Niscaya akan menyesal disaat hari panen

Saudaraku, bulan yang ditunggu oleh kaum muslimin akan tiba sebentar lagi.  Lalu sudah seperti apakah persiapan kita menyambutnya? Wahai kaum muslimin, hendaknya kita sadar bahwa salah satu nikmat yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya hamba-Nya di bulan Ramadhan. Jika diri ini menyadari akan banyaknya dosa yang sudah menumpuk, maka tentulah kita sangat berharap untuk menjumpai Ramadhan dan mendapatkan manfaat yang berlimpah di dalamnya.

Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, selalu mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan:

”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadhan.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 130)

Tindakan mereka ini merupakan perwujudan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan, permohonan dan bentuk ketawakkalan mereka kepada Allah SWT. Tentunya, mereka tidak hanya berdo’a, namun persiapan menyambut Ramadhan mereka iringi dengan berbagai amal ibadah dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan:
“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232)

Sebelum memasuki bulan Ramadhan, alangkah baiknya jika setiap individu kaum muslimin memperbaharui taubatnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi: 2499, Hasan)

Taubat memperlihatkan totalitas seorang muslim dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki bulan suci tanpa adanya hambatan-hambatan yang akan memperkeruh perjalanannya selama mengarungi Ramadhan.

Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman:

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lalu lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepadamu ya Allah, atas segala dosa yang telah hamba lakukan”,  kemudian hati kita lalai, dan setelah ucapan tersebut, berbagai macam dosa kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan disini adalah totalitas dan kejujuran taubat.

Dan jangan sampai jika taubat tersebut hanya dilakukan selama bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali dilakukan. Ingatlah saudaraku, bahwa Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Saudaraku, jika kita lebih mengetahui bagaimana keutamaan-keutamaan bulan ramadhan, maka jelaslah kita akan lebih mempersiapkan diri untuk menyambut kehadirannya. Beberapa keutamaan itu antara lain sebagai berikut:

Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,

 “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2] : 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’ala memuji bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)

Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah)

Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah , yaitu pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.

Allah ta’ala berfirman,
 “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3)

Dan Allah ta’ala juga berfirman,
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)
Ibnu Abbas, Qotadah dan  Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi)

Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

Saudaraku, begitulah beberapa keutamaan dari bulan suci Ramadhan. Dengan keutamaan yang luar biasa seperti itu, bukankah kita sudah seharusnya mempersiapkan diri untuk menyambutnya?
Saudaraku, mari perbaharui taubat kita dan perbanyaklah amal ibadah untuk menyambut bulan suci yang ditunggu ini...

Wallahu’alam bisshawab



Sumber: 
Muhammad Abduh Tuasikal, “ Saudaraku, Inilah Keutamaan Puasa Ramadhan” (http://www.muslim.or.id)
Dr. Muhammad Mahdi Akif, “Beberapa Keutamaan Bulan Ramadhan”( http://www.al-ikhwan.net)
Muhammad Nur Ichwan Muslim, “Persiapkan Diri Menyambut Ramadhan”, (http://www.ikhwanmuslim.com)